Mendukung kebijakan moneter yang diluncurkan oleh pemerintah, Bank Indonesia merencanakan untuk launching rencana tapering pada bulan Maret Tahun 2022. BI menargetkan Likuiditas 200 triliun rupiah dari sektor perbankan, hal ini diharapkan dapat mendorong penguatan negara di sektor APBN untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Launching Rencana Tapering, BI Targetkan Likuiditas 200 Triliun Rupiah
Rencana tapering di AS ini tentu saja berimbas ke negara Indonesia. Namun Indonesia mempunyai amunisi untuk judi bola online menghadapinya, dari mulai transaksi yang berjalan dengan defisit kecil, cadangan devisa tinggi serta valuasi aset keuangan yang menarik.
Keseluruhan kekuatan ini membuat BI telah siap untuk melaunching rencana tapering nya agar perbankan di Indonesia menjadi lebih kuat ke depannya. Berikut kami rangkum rencana tapering BI tersebut di bawah ini.
- Meningkatkan GWM
Perry Wijayanto selaku gubernur dari Bank Indonesia menjelaskan bahwa kenaikan GWM bakal dijalankan secara bertahap hingga kuartal III pada tahun 2022. Dia juga memastikan, bahwa kebijakan bank sentral ini tak akan dapat mengganggu kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit serta membeli SBN dalam rangka mendukung pembiayaan APBN.
- Rasio AL/DPK diharapkan turun 30%
Beberapa hal ini, karena angka likuiditas di perbankan masing amat sangat longgar. Ini didapatkan dari rasio alat likuid untuk pihak ketiga (AL/DPK) yang tinggi yaitu mencapai 35,12 % pada bulan Desember 2021. Posisi rasio ini lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemik COVID – 19 yang hanya mencapai 23 %.
Perry memperkirakan, bahwa dengan adanya kebijakan yang baru mengenai normalisasi GWM, diharapkan rasio AL/DPK dari jalur perbankan ini bakal mengalami penurunan sampai menjadi sekitar 30 %.
- Angka likuiditas menjadi sekitar 200 triliun rupiah
Berdasarkan keterangan dari data yang kami peroleh, hingga kuartal III di tahun ini, dengan kenaikan dari GWM secara otomatis alat likuid dari perbankan akan turun. Hal ini menyebabkan penyerapan likuiditas nya menjadi kurang lebih sekitar 200 triliun rupiah. Kenaikan GWM ini nantinya akan dilaksanakan secara bertahap.
- Kenaikan GWM secara bertahap untuk BUK
Perry saat ditemui pada hari kamis 20 Januari 2022 juga menuturkan bahwa untuk BUK (Bank Umum Konvensional), BI mewacanakan kenaikan GWM sebanyak 150 basis poin (bps) menjadi sebesar 5 % dengan 1% pemenuhan secara harian dan 4% secara rata-rata. Hal ini berlaku mulai bulan 1 Maret 2022 mendatang.
Untuk selanjutnya BI akan menaikkan GWM sebanyak 100 bps menjadi 6 % dengan pemenuhan 1% secara harian dan 5% secara rata-rata. Hal ini akan berlaku mulai bulan Juni 2022 mendatang. Perry juga menjelaskan bahwa BI akan menaikkan GWM 50 bps sehingga menjadi 6,5% dengan 1 % pemenuhan harian dan 5,5% pemenuhan rata-rata yang akan berlaku mulai 1 September 2022.
- Kenaikan GWM bertahap untuk BUS dan UUS
BI akan menaikkan GWM 50 bps pada BUS (Bank Umum Syariah) dan UUS (Unit Usaha Syariah), sehingga menjadi 4% yang berlaku mulai tanggal 1 Maret 2022. Kenaikan selanjutnya akan menjadi 50 bps menjadi 4,5% yang berlaku mulai Juni 2022 dan dinaikkan 50 bps lagi menjadi 5% berlaku mulai bulan 1 September 2022. BI juga akan memberikan jasa giro sebesar 1,5 persen untuk BUK, UUS dan BUS yang memenuhi kewajiban GWM secara rata-rata. Dengan launching rencana tapering sektor perbankan dari BI ini, diharapkan mampu menstabilkan perekonomian negara Indonesia. Dilihat dari kemajuan sektor perbankan akhir-akhir ini, BI sangat optimis akan mencapai target likuiditasnya yaitu 200 triliun rupiah di tahun 2022 ini.